Senin, 15 November 2010

ATASI ASMA ANDA


SESAK yang sering dikeluhkan pengidap asma memang menjengkelkan. Apalagi jika kekambuhannya lebih dari 1 atau 2 kali dalam seminggu. Asma dapat mengganggu kinerja dan aktivitas seseorang sehingga terasa menjengkelkan bagi penderitanya. Penyakit ini bahkan dikatakan sebagai biang kerok utama atas ketidakhadiran di tempat kerja dan di sekolah. Selain mengganggu aktivitas, asma juga tidak dapat disembuhkan, bahkan dapat menimbulkan kematian. Namun bila penyakit ini dikendalikan, kematian dapat dicegah dan gejalanya pun tidak sering muncul. Untuk mengetahui bagaimana cara mengontrol penyakit asma, penderita perlu mengenal asma terlebih dahulu.

Asma adalah penyakit peradangan saluran nafas kronik akibat terjadinya peningkatan kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsangan. Pada penderita yang peka, hal ini akan menyebabkan munculnya serangan batuk, bunyi mengi, banyak dahak, sesak nafas, dan rasa tidak enak di dada terutama pada malam hari atau menjelang pagi. Belum diketahui secara pasti mengapa pada sebagian orang saluran nafasnya meradang dan pada sebagian lain normal. Tetapi kejadian tersebut biasanya ditemukan pada keluarga atopik (keluarga alergi) yang dapat mewariskan sifat alergi ini kepada turunannya.

Kelainan utama penyakit asma adalah peradangan saluran nafas, sehingga pengelolaannya bukan ditujukan untuk menghilangkan sesak nafas semata, tetapi juga berbagai tujuan berikut yaitu, agar penderita dapat melakukan latihan jasmani termasuk lari dan olah raga lain, mempunyai fungsi paru mendekati normal dan gejala asmanya menghilang atau minimal. Tujuan lain adalah agar serangan asma minimal, pemakaian obat untuk serangan sesak berkurang, dan tidak ditemukan efek samping obat.

Dalam panduan GINA (Global Initiative for Asthma) 2002 yang dibuat oleh National Heart, Lung and Blood Institute & World Health Organization (NHBLI/WHO), menyebutkan untuk mewujudkan tujuan tersebut, dokter maupun penderita asma dianjurkan untuk mempelajari, memahami, dan mengerjakan apa yang disebut “tujuh jurus ampuh untuk mengatasi penyakit asma”. Pertama, penyuluhan (edukasi) mengenai penyakit asma pada penderita asma dan keluarganya. Pepatah mengatakan, “tak kenal maka tak sayang”. Ibarat sepasang muda-mudi yang baru pertama berjumpa, tak kan mau menyayangi dan mengorbankan diri, sebelum mengenal lebih jauh pasangannya. Demikian pula dengan penderita asma. Pengenalan tentang seluk beluk asma, bagaimana pengobatan serta pencegahan yang benar, akan membuat penderita dan keluarganya mengerti sehingga termotivasi untuk berusaha kuat mengatasi penyakitnya. Karena itu edukasi menjadi faktor kunci dalam pengobatan asma.

Kedua, mengetahui obat-obat asma, baik kegunaan maupun efek sampingnya. Terdapat dua jenis obat asma yaitu, obat-obat kerja cepat untuk mengatasi dengan segera serangan sesak nafas (reliver), dan obat-obat pencegahan jangka lama, untuk mengatasi peradangan saluran nafas (preventer/controller). Yang termasuk obat reliver adalah obat-obat bronkodilator kerja cepat seperti, salbuterol Albuterol, metaproterenol, terbutaline, dan procaterol. Selain itu, obat golongan anti cholinergik, teofilin kerja cepat, suntikan adrenalin atau epinefrin juga dapat dijadikan pilihan.

Penelitian para ahli belakangan ini menyebutkan bahwa peradangan yang kronik dapat merubah struktur dinding saluran nafas, sehingga menyebabkan remodelling pada dinding saluran nafas. Karena itu, pengobatan pencegahan jangka lama sangat dianjurkan. Obat pencegahan jangka lama yang dapat dipakai adalah kortikosteroid, cromoglycate, nedcromil, agonis B2 kerja lama, teofilin lepas lambat, dan leukotrien. Dari semua jenis obat yang tersedia, pemakaian obat inhalasi lebih diutamakan mengingat efeknya yang cepat, dosis yang kecil dan efek samping yang minimal meskipun diberikan dalam jangka panjang.

Ketiga, mengobati atau mengelola penyakit asma. Pengobatan tidak hanya dilakukan ketika serangan asma sedang berlangsung, tetapi juga saat tidak dalam serangan. Pengelolaan asma saat tidak dalam serangan dilakukan melalui pengobatan pencegahan dan latihan olah raga terpimpin. Penderita asma dengan tipe intermiten (sangat ringan) yang kekambuhannya dalam 1 minggu kurang dari 1 atau 2 kali, tidak memerlukan pengobatan pencegahan. Namun, penderita asma dengan tipe persisten ringan, persisten sedang dan persisten berat, harus mendapatkan terapi pencegahan secara bertahap disesuaikan dengan klasifikasinya.

Untuk memudahkan penanganan, penderita yang sedang mengalami serangan asma, dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu penderita dengan serangan asma ringan, serangan sedang dan serangan berat. Salah satu tanda untuk melihat pembagian berat ringannya serangan adalah dengan melihat cara berbicara. Bila ketika berbicara penderita masih dapat menyelesaikan kalimat, klasifikasi yang diberikan adalah serangan asma ringan. Saat penderita berbicara dengan suara terputus-putus, maka penderita digolongkan dalam serangan asma sedang. Tetapi jika penderita sudah mengalami kesulitan bicara karena sesak, penderita masuk dalam kelompok serangan asma berat. Penderita yang mengalami serangan ringan dapat diobati sendiri di rumah. Namun penderita yang mendapatkan serangan sedang dan berat harus ditangani di rumah sakit.

Keempat, mempelajari dan memahami faktor-faktor pencetus serangan asma (allergen), dan mengetahui cara mengendalikannya. Faktor-faktor pencetus ini dapat berbeda antara penderita yang satu dengan lainnya. Faktor-faktor yang sering dikatakan sebagai pemicu di antaranya adalah faktor alergen, emosi atau stres, infeksi, zat makanan, zat kimia, faktor fisik seperti perubahan cuaca, kegiatan jasmani, dan obat-obatan. Kerja faktor pencetus ini pun berbeda, ada faktor pencetus yang bisa mengakibatkan penyempitan saluran nafas (bronchospasme), seperti emosi, udara dingin, latihan, dan lain-lain. Ada pula faktor pencetus yang terutama menyebabkan peradangan seperti infeksi saluran pernafasan akut, alergen, zat kimia, dan asap rokok. Sebagian besar serangan asma dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor pencetus tersebut. Penderita yang gemar menghindar atau merubah perilaku untuk menjauhi factor pemicu, akan dengan mudah mencapai tujuan pengobatan asma. Sebaliknya, penderita yang “cuek” tak pernah berpantang dengan faktor pemicu akan sulit memperoleh kemajuan dalam pengobatan.

Kelima, membuat rencana emergensi (Action Plan). Action plan terutama diperlukan ketika serangan asma akan kambuh, dan penderita membutuhkan pertolongan secepatnya. Penanganan dengan cepat dan tepat dapat dilakukan bila penderita dan keluarganya membuat rencana emergensi secara tertulis bersama dokter, dan mengetahui kapan penyakit asmanya mulai tidak terkendali. Namun, bila penderita tidak mempunyai action plan, pengelolaan yang diberikan akan memakan waktu lebih lama, bahkan dapat terjadi underdiagnosa atau overdiagnosa sehingga merugikan penderita. Tidak terkendalinya asma mulai tampak manakala penderita dan keluarganya menemukan keadaan-keadaan sebagai berikut : gejala asma semakin bertambah, pemakaian obat bronkodilator kian sering, gejala asmanya tidak dapat dikurangi atau dihilangkan dengan bronkodilator, dan bila mempunyai alat Peak flow meter, alat tersebut akan menunjukan penurunan arus puncak ekspirasi (APE) serta kenaikan variability. Sewaktu keadaan-keadaan tersebut muncul, tindakan harus segera diambil agar penyakit kembali terkendali.

Keenam, rehabilitasi dan peningkatan kebugaran jasmani dengan olah raga atau latihan jasmani terpimpin. Penderita asma sering mengalami sesak sehingga sebagian otot-otot pernafasan kerap digunakan, sementara sebagian otot yang lain tidak. Otot-otot pernafasan yang banyak digunakan akan membesar dan yang jarang digunakan akan melemah. Akibatnya, efisiensi dan koordinasi pernafasan menjadi kurang baik, fungsi paru serta pertahanan paru pun menurun. Selain itu penderita asma juga terkadang mengalami keterbatasan fisik atau membatasi pekerjaan fisik karena takut sesak, sehingga kebugaran jasmaninya berkurang. Dengan melakukan latihan jasmani secara teratur yang terpimpin, otot pernafasan akan kembali berfungsi normal, kenaikan kapasitas vital paru meningkat dan kebugaran jasmani pun menjadi lebih baik.

Ketujuh, memonitor dan mengikuti perkembangan (follow up) penyakit penderita asma secara teratur. Hingga kini penyakit asma belum dapat disembuhkan, dan gejala asmanya sering bervariasi. Karena itu pengobatan harus dilakukan seumur hidup dan dimonitor serta diiikuti perkembangannya terus menerus. Hal ini diperlukan untuk melihat cocok tidaknya obat yang diberikan dalam mengendalikan asma. Dokter akan mengevaluasi apakah obat perlu ditambah, dikurangi atau dihentikan. Bila keadaan dan kebugaran jasmani penderita memang telah membaik, pengobatan dapat dihentikan.

Mengingat keadaan sosial ekonomi di Indonesia yang cukup beragam, para dokter diharapkan dapat mengadaptasi pengelolaan asma sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Tetapi yang terpenting prinsip dasar pengobatan harus tetap sama. Penderita dianjurkan agar proaktif dan semangat dalam mengatasi penyakitnya, serta tetap bekerjasama dengan dokter agar tujuan pengobatan asma dapat terwujud. Satu hal yang perlu diingat oleh penderita asma demi tercapainya tujuan tersebut, jangan biarkan asma mengendalikan Anda, tetapi Anda yang harus mengendalikan asma.

4 cara gampang usir migrain


ISTILAH migrain pertama kali disebutkan dalam tulisan kesehatan medis Mesir kuno sekitar 1500 hingga 3000 sebelum masehi. Dan sepanjang beberapa abad, migrain tetap menjadi salah satu gangguan kesehatan yang paling umum dijumpai namun paling sedikit dipahami.

Migrain disebabkan oleh ketidaknormalan kimia otak. Migrian tidak disebabkan oleh gangguan kejiwaan, bukan gejala hypochondria (penyakit sedih tanpa sebab) dan bukan juga akibat kesalahan penderita. Migrain merupakan penyakit neurologis kronis yang sudah ada sejak lahir dan pada sebagian besar kasus diturunkan dari salah satu atau kedua orangtua.

Studi-studi menunjukkan, antara 70 dan 80 persen pasien migrain mempunyai sejarah keluarga penderita migrain. Karena itu, sebagai kondisi genetik, migrain tidak bisa disembuhkan. Tapi, efeknya bisa diminimalkan.

Pemicu
Hampir semua penderita migrain mempunyai gejala yang berbeda. Karena itu, sangat sulit membandingkan migrain satu orang dengan migrain Anda. Dan pemicu migrain Anda kemungkinan besar berbeda dengan orang lain.

Karena setiap migrain itu berbeda, ada baiknya mengontrol migrain dengan cara mengenali dan menghindari pemicu serangan. Pemicunya bisa bervariasi, mulai dari segelas anggur merah, perubahan cuaca hingga kurang tidur atau aroma parfum yang kuat.

Pemicu ini tidak hanya mengganggu otak tetapi menyebabkan otak lepas kontrol. Akibatnya, otak memproduksi reaksi biokimia berantai yang kemungkinan memicu sejumlah gejala.

Apa yang bisa membantu meminimalkan gejala? Berikut beberapa cara yang bisa menjadi pilihan Anda:

Kopi
Kafein merupakan obat paling murah dan paling mudah mengatasi migrain. Kafein mengerutkan pembuluh darah sehingga bisa mengurangi rasa sakit. Jika Anda merasa migrain akan menyerang, cobalah minum segelas atau dua gelas kopi hitam atau minuman ringan yang mengandung kafein. Cara sederhana ini dilaporkan efektif oleh banyak pengguna. Kopi bisa sangat efektif sehingga banyak obat migrain yang dijual di apotek menggunakan kafein sebagai bahan dasar.

Pijat
Otot-otot yang tegang atau kejang merupakan pemicu migrain pada sebagian besar orang. Jika duduk di depan komputer sepanjang hari, kemungkinan leher, punggung atau bahu Anda akan kejang. Selain itu, Anda kemungkinan memiliki muka atau otot-otot kulit kepala yang tegang akibat menggertakkan gigi (khususnya di tengah malam), sehingga Anda terbangun dengan migrain.

Jika migrain Anda selalu ditemani dengan otot-otot kejang, cobalah melakukan pijat. Terapi pijat bisa membantu dengan cara melemaskan otot-otot kejang dan merilekskan Anda.

Sebuah studi besar, seperti dikutip situs dailymail.co.uk, menemukan, pijat teratur dua kali seminggu mengurangi kejadian migrain hingga 50 persen.

Yoga
Bintang Desperate Housewives Marcia Cross menggunakan yoga untuk membantunya mengatasi migrain. Metode tersebut didukung oleh studi baru-baru ini dari India. Studi tersebut menemukan, penderita migrain yang memadukan yoga dengan obat-obatan dan teknik relaksasi lainnya mengalami penurunan frekuensi serta tingkat rasa sakit migrain. Selain itu, partisipan mengalami pengurangan depresi dan kecemasan.

Partisipan dari kelompok pengontrol (yang tidak melakukan yoga) diminta konsentrasi menghindari pemicu migraine, mengubah pola diet serta gaya hidup. Namun, partisipan ini tidak menunjukkan gejala perbaikan, bahkan ada yang bertambah parah.

Magnesium
Magnesium merupakan mineral yang sangat baik untuk migrain. Meskipun tidak bisa membantu semua orang, menggunakan suplemen magnesium harian bisa membantu mencegah migrain. Studi-studi telah menunjukkan bahwa suplemen magnesium bisa membantu mengatasi migrain, termasuk mengurangi migrain saat menstruasi.

Bagaimana cara kerja magnesium? Mineral ini sangat penting dalam sejumlah fungsi tubuh, termasuk jantung, tulang dan otot. Magnesium mengatur cara kerja pembuluh darah, mengurangi rasa sakit dan menenangkan sistem saraf, sehingga bisa membantu migrain.

Selain itu, magnesium juga menurunkan stres dengan bekerja pada sistem saraf simpatik dan mengatur kadar gula darah, dua pemicu migran paling umum. Di samping itu, magneisum juga diyakini memengaruhi produksi dan pengaturan serotonin. Untuk mengurangi migrain, Anda dianjurkan mengonsumsi 400 mg magneisum sehari selama dua bulan. Tapi, ada baiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter Anda. (IK/OL-08)